VISI DAN MISI
SMAN 1 LEUWILIANG
”Terwujudnya peserta didik berkarakter Pancasila, memiliki keunggulan bidang akademik dan non akademik, berkepribadian pengembangan lingkungan, dan berwawasan global”
Dalam mewujudkan visi tersebut di atas, SMA Negeri 1 Leuwiliang menentukan misi sebagai berikut :
Pada Tahun 2012 SMAN 1 Leuwiliang kembali mengirimkan siswanya dalam ajang OSN Tingkat Nasional mewakili provinsi Jawa Barat setelah beberapa tahun vakum tidak mengirmkan perwakilannya dalam ajang tersebut, namun pada tahun ini SMA Negeri 1 Leuwiliang kembali mengukir prestasi dengan mengirimkan pesertanya dalam ajang OSN tingkat Nasional yang diwakili oleh 2 orang yaotu :
Mereka berprestasi setelah berhasil menduduki peringkat 2 dan peringkat 4 di tingkat provinsi Jawa Barat sehingga mereka dapat mewakili provinsi Jawa Barat pada ajang OSN Tingkat Nasional Tahun 2022 ini.
Selamat dan sukses!!
SMANELL HEBAT bangga akan kalian berdua
Pintu Tengah Itu Bernama Sakaratulmaut
( H. Taopik, S.Pd, M.Pd.I. ; Kepala SMAN 1 Leuwiliang
)
Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian, prosesnya bisa bermacam-macam. Bisa karena sakit atau tanpa sakit, bisa karena kecelakaan atau saat tidur tidak bangun lagi, ada juga yang mati tenggelam atau terbakar hidup-hidup, banyak yang mati karena dihukum mati, baik dengan ditembak, digantung, dipenggal, disuntik mati ataupun hukuman lainnya.
Tiga kali Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan dalam Al-Qur'an tentang informasi bahwa setiap yang bernyawa (bukan hanya manusia) akan mengalami kematian :
Allah Ta’ala berfirman: “Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka.” (QS. Ali-Imran: 185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al-Ankabut : 57)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiya : 35).
Dia, Allah Subhanahu wata'ala yang Mahapengasih telah memberitahu kepada kita bahwa Dialah yang menciptakan mati dan hidup, sehingga Dia akan mengambil kita kembali pada saatnya.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk : 2)
Seperti halnya kapan seseorang mati, bagaimana seseorang matipun tidak pernah diketahui. Mati dengan sakaratulmautnya merupakan takdir yang tidak akan pernah bisa ditolak, dia datang secara tiba-tiba walaupun aba-abanya hampir setiap manusia tahu. Aba-aba atau ciri-ciri alamiah menjelang mati sangat banyak, dari mulai usia makin tua, tubuh makin rapuh, penyakit yang menggerogoti, uban yang makin banyak tumbuh dan lain-lain.
Secara kasat mata, banyak orang yang menyaksikan proses kematian, baik anggota keluarga, tim medis, termasuk orang yang bertugas melakukan pemulasaraan jenazah, menyalatkan, menggali kubur sampai menguburkannya. Namun banyak diantaranya seperti tidak terketuk hatinya bahwa giliran mereka tinggal menunggu waktu. Manusia dengan segala kesibukannya selalu dipenuhi angan-angan yang sering melalaikan. Angan-angan itu membuaikan sampai lupa bahwa usia menjelang senja, hingga saatnya datang kematian yang memunahkan seluruh angan-angan itu.
Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: “Nabi shalallahu alaihi wasalam menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda: “Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian -yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi-, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek -yakni garis yang memotongnya yaitu kematian-.” (Riwayat Bukhari)
Proses lepasnya nyawa dari raga makhluk hidup yang disebut sakaratulmaut, sebuah proses yang sakit teramat sakit sampai seseorang meninggal dunia. Sakitnya sakaratulmaut digambarkan oleh Allah Subhanahu wata'ala dalam sebuah ayat Al-Qur'an. Perlakuan Malakulmaut tentu berbeda antara kepada orang yang shaleh dan kepada orang dzalim. Tapi tetap saja sakaratulmaut itu sakit, seperti yang terjadi pada Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam.
"…. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS. Al-An'am : 93).
"Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, " "dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut," (QS. An-Naziat : 1-2).
Kalaupun saat sakaratul maut, Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam atau orang-orang shaleh digambarkan menderita hal ini ditujukan untuk dijadikan hikmah bahwa sakaratul maut jangan pernah disepelekan oleh siapapun.
"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah (putri beliau) berkata: 'Alangkah berat penderitaanmu ayahku'. Beliau (Rasulullah) menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini". (HR Al-Bukhari 4446)
Aku tidak iri kepada siapapun yang mudah saat proses kematiannya, setelah aku melihat kepedihan dalam kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". (HR at-Tirmidzi 979).
Maka jangan dipahami kepedihan sakaratul maut yang dialami Rasulullah adalah sebuah kehinaan, karena justru sebagai pengangkat kedudukan. Ibnu Hajar menjelaskan: "Dalam hadits tersebut, kepedihan atau kesengsaraan (saat) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya". (Fathul Bari Syarhu Shohihil Bukhori 11/363)
Sakaratulmaut adalah pintu tengah yang menghubungkan ruang sempit dunia ini dengan ruang luas tak bertepi di akhirat kelak. Di sempitnya dunia kita masih bisa meminta bantuan siapapun, namun di luasnya alam baka (akhirat) hanya kita dan amalan kita yang akan membawa kita ke kebahagiaan atau kesengsaraan.
Wallahu a’lam
Ayah, Bunda, Masih Adakah Quality Time ?
(H. Taopik S.Pd, M.Pd.I.)
Setiap orang memiliki waktu yang berkualitas baik untuk dirinya, keluarganya, sahabatnya maupun orang lain. Quality Time biasa orang-orang menyebutnya. Walaupun kadang-kadang lebih cocok disebut special time, waktu yang khusus.
Ada yang menerjemahkan, Quality time sebagai waktu yang dihabiskan untuk mencurahkan perhatian penuh kepada orang-orang tersayang, seperti pasangan, keluarga, atau sahabat. Waktu yang dihabiskan ini diharapkan tanpa adanya gangguan dari hal lain, sehingga momen tersebut lebih berkualitas dan bermakna.
Ketika kita bicara waktu, maka itulah kehidupan kita. Hidup tidak selamanya membutuhkan materi, butuh uang, butuh kendaraan, tapi hidup pasti butuh waktu. Habisnya waktu berarti habisnya kehidupan seseorang. Semua yang dimiliki akan ditinggalkan.
Satuan waktu terkecilpun akan sangat berharga dan akan terasa saat seseorang menjalani situasi tertentu. Seorang yang hidup di tempat yang nyaman biasanya waktu akan terasa cepat. Sebaliknya seseorang yang hidup di tempat yang tidak nyaman misalnya di penjara, maka waktu sedetikpun akan terasa lama apalagi, jam, hari, pekan, bulan maupun tahun.
Ketika seseorang memiliki waktu hidup yang sama dengan orang lain, maka belum tentu kualitas hidupnya akan sama malah cenderung akan berbeda. Akan terasa berkualitas jika dia menikmati hidup itu. Nikmat hidup bukan berarti harus bergelimang harta dan menikmati hartanya. Ada beberapa orang yang justru menikmati kepemilikan hartanya jika bisa berbagi.
Quality Time seorang suami bisa terasa saat bersama istrinya yang memahami perasaan. Begitu pula sebaliknya, seorang istri akan merasa hidupnya berkualitas saat bersama suami yang mengimami dan mengerti perasaannya. Itulah ciri pasangan sakinah (tenang, nyaman).
Seorang ayah menikmati quality time nya saat bersama keluarga yang benar-benar hasil didikannya di jalan Allah subhanahu wata'ala. Ketika jalan yang dipilih memiliki arah yang sama, ketika keberadaan masing-masing anggota diterima dengan hati yang lapang, maka quality time akan terasa lebih banyak dibanding waktu yang tidak berkualitasnya.
Begitu juga seorang ibu, waktunya yang banyak terisi berbagai kesibukan mengurus pekerjaan rumah tangga apalagi jika dia seorang wanita karir. Pasti perlu waktu khusus untuk dia nikmati. Mungkin dia nikmati sendiri atau bersama keluarganya. Kalaupun secara kualitas lebih bagus jika dinikmati bersama keluarga, banyak juga ibu-ibu yang menikmatinya sendiri, misalnya dengan layar hp nya, tidak berbeda jauh dengan seorang ayah. Hal ini terpengaruh kuat oleh perkembangan teknologi.
Seseorang yang saat ini sudah berusia 50 tahun ke atas bisa jadi banyak yang merasakan quality time bersama ayah dan ibunya, terutama setelah magrib sampai menjelang tidur. Banyak hal-hal yang ayah dan ibu ajarkan, baik melalui nasihat-nasihatnya maupun melalui dongeng-dongeng menjelang tidur. Kondisi seperti itu tidak bisa dibeli dan dinilai dengan uang karena sangat berharga. Saat ini cerita atau dongeng bisa digantikan oleh acara tv atau tayangan youtube, tapi makna dan cinta orang tua tidak akan pernah tergantikan.
Berbicara tentang quality time, maka waktu yang berkualitas yang sebenarnya adalah bagaimana kita mengisi sisa waktu kita untuk hal-hal yang bernilai ibadah. Karena tugas kita ketika diciptakan Allah subhanahu wata'ala hanya satu yakni beribadah.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Saat berkumpul dengan keluarga adalah quality time, namun akan makin berkualitas jika saat kumpul itu ada nilai-nilai kebaikan yang dibicarakan, dinasihatkan, diteladankan dan dilaksanakan bersama. Sudah terlalu banyak anak-anak usia sekolah yang secara batin tidak terikat dengan orang tuanya. Kalaupun berkumpul dalam satu rumah atau satu kursi sekalipun, namun hati masing-masing tidak terpaut. Apalagi jika masing-masing sibuk dengan gadgetnya.
Keluarga muslim seharusnya menjadi keluarga yang setiap waktunya adalah quality time. Tapi sudah sulit ditemukan orang tua dan anak yang shalat berjamaah baik di Masjid maupun di rumahnya. Apalagi membaca Al-Qur'an bersama-sama. Jika ayah atau ibu paham dengan tugasnya maka keduanya akan menjadikan anak-anaknya sebagai lahan ibadah.
Mendidiknya dengan niat yang ikhlas dan sifat lemah lembut akan menumbuhkan kasih sayang antar keduanya dengan anak-anaknya. Kondisi saat ini dimana anak-anak menjauh dari orang tua, lebih karena tiga faktor berikut yakni: egoisme orang tua, tidak mengerti dunia anak saat ini, dan yang paling utama keduanya tidak hadir dengan niat yang ikhlas. Quality time akan benar-benar terwujud bila ketiga faktor itu dihilangkan di hati orang tua.
Lihatlah apa yang Allah Subhanahu wata'ala ajarkan kepada kita tentang kasih sayang untuk mengisi waktu agar berkualitas :
“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan berkasih sayang. (17) Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. (18)” (QS. Al- Balad : 17-18)
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali Imran : 159)