Pintu Tengah Itu Bernama Sakaratulmaut
( H. Taopik, S.Pd, M.Pd.I. ; Kepala SMAN 1 Leuwiliang
)
Setiap yang bernyawa akan mengalami kematian, prosesnya bisa bermacam-macam. Bisa karena sakit atau tanpa sakit, bisa karena kecelakaan atau saat tidur tidak bangun lagi, ada juga yang mati tenggelam atau terbakar hidup-hidup, banyak yang mati karena dihukum mati, baik dengan ditembak, digantung, dipenggal, disuntik mati ataupun hukuman lainnya.
Tiga kali Allah Subhanahu wata'ala menyebutkan dalam Al-Qur'an tentang informasi bahwa setiap yang bernyawa (bukan hanya manusia) akan mengalami kematian :
Allah Ta’ala berfirman: “Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan harta benda tipuan belaka.” (QS. Ali-Imran: 185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. Al-Ankabut : 57)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiya : 35).
Dia, Allah Subhanahu wata'ala yang Mahapengasih telah memberitahu kepada kita bahwa Dialah yang menciptakan mati dan hidup, sehingga Dia akan mengambil kita kembali pada saatnya.
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk : 2)
Seperti halnya kapan seseorang mati, bagaimana seseorang matipun tidak pernah diketahui. Mati dengan sakaratulmautnya merupakan takdir yang tidak akan pernah bisa ditolak, dia datang secara tiba-tiba walaupun aba-abanya hampir setiap manusia tahu. Aba-aba atau ciri-ciri alamiah menjelang mati sangat banyak, dari mulai usia makin tua, tubuh makin rapuh, penyakit yang menggerogoti, uban yang makin banyak tumbuh dan lain-lain.
Secara kasat mata, banyak orang yang menyaksikan proses kematian, baik anggota keluarga, tim medis, termasuk orang yang bertugas melakukan pemulasaraan jenazah, menyalatkan, menggali kubur sampai menguburkannya. Namun banyak diantaranya seperti tidak terketuk hatinya bahwa giliran mereka tinggal menunggu waktu. Manusia dengan segala kesibukannya selalu dipenuhi angan-angan yang sering melalaikan. Angan-angan itu membuaikan sampai lupa bahwa usia menjelang senja, hingga saatnya datang kematian yang memunahkan seluruh angan-angan itu.
Dari Anas radhiyallahu anhu, katanya: “Nabi shalallahu alaihi wasalam menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda: “Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian -yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi-, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek -yakni garis yang memotongnya yaitu kematian-.” (Riwayat Bukhari)
Proses lepasnya nyawa dari raga makhluk hidup yang disebut sakaratulmaut, sebuah proses yang sakit teramat sakit sampai seseorang meninggal dunia. Sakitnya sakaratulmaut digambarkan oleh Allah Subhanahu wata'ala dalam sebuah ayat Al-Qur'an. Perlakuan Malakulmaut tentu berbeda antara kepada orang yang shaleh dan kepada orang dzalim. Tapi tetap saja sakaratulmaut itu sakit, seperti yang terjadi pada Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam.
"…. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS. Al-An'am : 93).
"Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, " "dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut," (QS. An-Naziat : 1-2).
Kalaupun saat sakaratul maut, Rosulullah shalallaahu ‘alaihi wasalam atau orang-orang shaleh digambarkan menderita hal ini ditujukan untuk dijadikan hikmah bahwa sakaratul maut jangan pernah disepelekan oleh siapapun.
"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah (putri beliau) berkata: 'Alangkah berat penderitaanmu ayahku'. Beliau (Rasulullah) menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini". (HR Al-Bukhari 4446)
Aku tidak iri kepada siapapun yang mudah saat proses kematiannya, setelah aku melihat kepedihan dalam kematian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam". (HR at-Tirmidzi 979).
Maka jangan dipahami kepedihan sakaratul maut yang dialami Rasulullah adalah sebuah kehinaan, karena justru sebagai pengangkat kedudukan. Ibnu Hajar menjelaskan: "Dalam hadits tersebut, kepedihan atau kesengsaraan (saat) sakaratul maut bukan petunjuk atas kehinaan (seseorang). Dalam konteks orang yang beriman bisa untuk menambah kebaikannya atau menghapus kesalahan-kesalahannya". (Fathul Bari Syarhu Shohihil Bukhori 11/363)
Sakaratulmaut adalah pintu tengah yang menghubungkan ruang sempit dunia ini dengan ruang luas tak bertepi di akhirat kelak. Di sempitnya dunia kita masih bisa meminta bantuan siapapun, namun di luasnya alam baka (akhirat) hanya kita dan amalan kita yang akan membawa kita ke kebahagiaan atau kesengsaraan.
Wallahu a’lam