"Datang sebagai Bos pergi sebagai teman, itulah sebaik-baiknya pimpinan. Mugia sing langkung sukses di tempat anu enggal pak Taopik Ipebe". Status ini dibuat saat saya mengakhiri dinas pertama saya di SMAN 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor.  

Ada perbedaan mendasar ketika seseorang diberi kedudukan menjadi atasan dan dia menempatkan dirinya sebagai pimpinan dengan ketika dia menempatkan dirinya sebagai sahabat bagi bawahannya.  

Perbedaan itu dalam hal pendekatan, yakni pendekatan hierarki atau saya sebut logika dan pendekatan rasa.  

Pemimpin akan melangkah dengan logika yang ia bangun melalui variabel-variabel hukum yang menyeimbangkan antara sisi positif dan sisi negatif, antara baik dan buruk, antara maju dan mundur, antara disiplin dan indisiplin, antara promosi dan demosi, antara reward dan punishment, dan seterusnya.  

Sementara sahabat, dia akan memilih perasaan sebagai kendali utama sebelum melangkah, memang sepertinya akan menabrak logika hukum atau terlalu subyektif dan tidak obyektif. Memang betul logika akan terkesampingkan, obyektivitas akan dinomorduakan. Tapi di sinilah indahnya memimpin dengan pendekatan sahabat, semuanya ditujukan untuk menjaga rasa dan perasaan.  

Pemimpin yang mendapati bawahannya melanggar suatu aturan, maka dia akan sedari awal mengajak bicara dari hati ke hati bawahannya untuk meninggalkan kesalahan itu.  

Dia tidak menunggu bawahan melakukan pelanggaran yang fatal. Pun demikian dengan kepala sekolah, bawahan dia, eh maaf...sahabat dia terdiri dari guru, karyawan, peserta didik, orang tua/wali, pengurus komite dan pihak lain yang sering berhubungan dengan sekolah.  

Pemikiran yang terbuka, obrolan santai akan menguatkan tali persahabatan antara kepala sekolah dengan sahabat-sahabatnya. Jika jalinan persahabatan sudah kuat maka program apapun yang digulirkan akan mudah diterima.  

Mudah, efektif dan memiliki manfaat besar terutama untuk memengaruhi dalam kebaikan, memengaruhi sikap, memengaruhi perilaku dan akhlak/pengamalan agama.  

Rosulullaah Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan, "Seseorang bisa dilihat dari perilaku beragama sahabatnya. Hendaklah kalian memperhatikan bagaimana sahabatmu dalam beragama." (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi).  

Inilah keuntungan utama seorang atasan yang memosisikan sebagai sahabat dan mengajak ke jalan benar akan mendapat pahala berlimpah, sementara seorang atasan yang memosisikan sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.  

Wallaahu a'lam