Jika shalat yang 5 waktu ditinggalkan, maka ancamannya berat. Shalat adalah pembeda antara seorang muslim dan kekafiran, demikian salah satu hadits Rosulullaah shalallahu 'alaihi wasalam. Perlu diingat juga, jangankan meninggalkan, melalaikannya pun terancam masuk neraka, seperti yang Allah subhanahu wata'ala firmankan dalam Al-Qur'an surat al-Ma'uun ayat 4-5.
Shalat dengan berbagai keutamaannya dan bejibun pahalanya merupalan ibadah yang sangat pribadi, karena menghubungkan langsung tiap pendiri shalat dengan Allah Subhanahu wata'ala. Jika ibadah lain masih mungkin tercampur interaksi dengan orang lain, misalnya ngobrol atau aktivitas lainnya, tapi shalat hampir dipastikan hanya ada interaksi langsung dengan Allah subhanahu wata'ala.
Selain pahala yang sangat besar, apalagi pahala shalat berjamaah, kita juga harus ingat hadits dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah sholatnya. Maka, jika sholatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta'ala berfirman, 'Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah.' Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari sholat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya." (HR. Tirmidzi dan An Nasa'i).
Orang tua muslim pasti berkeinginan agar anak-anaknya rajin melaksanakan shalat, baik yang wajib maupun yang sunnah. Masalahnya bagaimana caranya agar anak-anak kita rajin shalat. Penulis berpendapat lebih baik anak-anak kita jangan diperintah/disuruh shalat. Sebab menyuruh kekuatan didiknya relatif lemah. Akan menumbuhkan ketidakikhlasan, anak-anak kita akan melakukan kebaikan termasuk shalat saat kita ada dihadapan mereka, tapi jika kita lengah maka mereka akan mengabaikan atau meninggalkan aktifitas tersebut.
Agar anak-anak kita lengket dengan shalatnya, yang harus kita lakukan adalah memberi contoh dan mengajaknya shalat berjamaah. Bukan sekedar memerintah atau menyuruh. Karena nak-anak kita juga sama seperti kita dulu, yaitu kurang begitu suka jika diperintah kepada kebaikan. Makanya untuk urusan shalat, LEBIH BAIK JANGAN PERINTAHKAN ANAK SHALAT. Mengapa?
Jawabannya penulis peroleh dari hasil survei yang penulis lakukan kepada peserta didik di SMA Negeri 1 Leuwiliang dengan menggunakan google form. Instumen surveinya sebagai berikut:
Nama :
Kelas :
- Apakah anda menganggap akhlak baik itu penting ? ?Ya ?Tidak
- Apakah anda diperintah oleh orangtua untuk berakhlak baik? 1. Ya 2.Tidak
- Apakah anda diberi contoh oleh orangtua untuk berakhlak baik? 1.Ya 2. Tidak
- Mana yang anda sukai dari sikap orang tua terkait berakhlak baik ? 1. Diperintah 2. Diberi contoh
- Jika anda Muslim, apakah anda shalat rutin 5 waktu? 1. Ya 2. Tidak
- Apakah anda diperintah oleh orangtua untuk shalat 5 waktu? 1. Ya 1.Tidak
- Apakah anda diajak dan diberi contoh oleh orangtua untuk shalat 5 waktu? 1. Ya 2. Tidak
- Mana yang paling anda suka dari sikap orang tua untuk masalah shalat 5 waktu? 1. Diperintah 2.Diajak dan beri contoh
Dari 1029 peserta didik yang menjawab, maka diperoleh hasil :
Pertanyaan nomor 1 : yang menjawab ya = 100%, yang menjawab tidak = 0%,
Pertanyaan nomor 2 : yang menjawab ya = 98,6%, yang menjawab tidak = 1,4%,
Pertanyaan nomor 3 : yang menjawab ya = 99%, yang menjawab tidak = 1%,
Pertanyaan nomor 4 : yang menjawab “Diperintah” = 90,4%, yang menjawab “Diberi contoh” = 9,6%,
Pertanyaan nomor 5 : yang menjawab ya = 88,8%, yang menjawab tidak = 11,2%,
Pertanyaan nomor 6 : yang menjawab ya = 94,8%, yang menjawab tidak = 5,2%,
Pertanyaan nomor 7 : yang menjawab ya = 96,5%, yang menjawab tidak = 3,5%,
Pertanyaan nomor 8 : yang menjawab ya = 83,3%, yang menjawab tidak =16,7%.
Simpulan yang didapat dari survei ini adalah mayoritas peserta didik 83,2% lebih menyukai diajak dan diberi contoh shalat 5 waktu oleh orang tuanya dan hanya 16,8% peserta didik yang menyukai diperintah. Jadi LEBIH BAIK KITA AJAK DAN BERI CONTOH ANAK-ANAK KITA UNTUK SHALAT 5 WAKTU DARIPADA HANYA SEKADAR MEMERINTAH.
Wallahu a’lam